Part 5: Mengapa orang kaya membaca lebih banyak ?

Prawira Azizi

Knowledge influencer, Strategist, Stock Investment enthusiasm

   
10 Jan 2016

Steve Siebold adalah salah satu cerita lainnya tentang seseorang yang gagal di Universitas dan tetap sukses dalam bisnis dan kehidupannya. Titik baliknya dimulai saat Ia menginterview lebih dari 1.200 orang terkaya didunia yang menjadi self-made millionare.

Pada penelitiannya itu Ia menemukan beberapa karakteristik umum orang kaya, salah satu diantaranya yaitu mereka mengembangkan kemampuannya melalui buku-buku yang dibaca.

“Walk into a wealthy person’s home and one of the first things you’ll see is an extensive library of books they’ve used to educate themselves on how to become more successful,”

“Saat saya memasuki rumah orang kaya, hal yang paling sering saya  lihat adalah mereka selalu memiliki perpustakaan pribadi, dengannya Ia mendidik diri mereka agar menjadi sukses seperti saat ini”, Kemudian Siebold melanjutkan, “Kelas menengah membaca novel, tabloid, dan majalah entertaiment, sementara orang kaya lebih tertarik untuk terus mengembangkan diri dari pada sekedar menghibur”

Ambil contoh Warrent Buffet, orang terkaya di dunia, dalam bukunya Snowball, Ia menghabiskan sekitar 80% dari waktu kerja  untuk membaca. Dengan kutipan yang sangat terkenal "Jika Anda ingin sukses, jadikan membaca sebagai kebiasaanmu"

"If you want to be successful, make reading a habits. I just sit in my office and read all day" - Warrent Buffet

Berdasarkan Thomas Corley, penulis buku “Rich Habits: The Daily Success Habits of Wealthy Individuals”, 67% orang kaya menonton TV kurang dari satu jam sehari, dan hanya 23% orang miskin yang menonton TV kurang dari satu jam sehari.

Hal ini sejalan dengan kutipan Jim Rhon yang tertera juga pada menu Worldy Wisdom:

"Rich people have small TVs and big libraries, and poor people have small libraries and big TVs" - Jim Rhon

 

Orang kaya tidak terlalu menganggap penting untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang gelar tertinggi – banyak orang paling kaya hanya memiliki pendidikan formal rendah – mereka lebih menghargai kemampuan belajar sendiri (self educated)  setelah pendidikan kesarjanaannya selesai.

 

Sumber: uk.businessinsider.com